TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN ANDA.....

Jumat, 25 September 2009

Gejala Penyakit Tanaman

BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan Praktikum

1. Untuk memisahkan jasad renik dari alat yang digunakan dalam praktikum.

2. Untuk membersihkan alat dari jasad renik dengan berbagai cara.

3. Untuk mengetahui gejala penyakit pada tumbuhan.

4. Untuk memisahkan patogen dari inangnya

B. Latar Belakang

Jasad renik yang ada hubungannya dengan suatu tumbuhan yang sakit harus dipelajari untuk menentukan apakah jasad renik tersebut merupakan penyebab penyakit. Koch pada tahun 1882 mengadakan postulut-postulut yang harus dipenuhi terlebih dahulu untuk menetapkan penyebab suatu penyakit infeksi (Infectious Disease).

Postulat - postulat Koch adalah sebagai berikut :

1. Penyebab penyakit tersebut harus selalu terdapat pada tanaman atau bagian tanaman yang menunjukkan gejala penyakit.

2. Penyebab penyakit tersebut harus dapat diisolasi dan dipelajari dalam biakan murni.

3. Biakan murni tersebut harus dapat diinokulasikan pada tanaman yang sama dan menimbulakan gejala yang sama pula.

4. Penyebab penyakit tersebut harus dapat direisolasikan dari tanaman yang diinokulasi tadi dalam biakan murni, dan menunjukkan organisme (jasad renik) yang sama dengan yang kita peroleh pada biakan pertama.

Postulat - postulat tersebut diatas berlaku untuk patogen yang bukan tergolong ke dalam parasit obligat. Untuk melaksanakan postulut Koch diperlukan cara bekerja khusus :

1. Isolasi penyebab penyakit dari bagian koch tanaman yang sakit dan mengadakan pembiakan murni.

2. Mempelajari sifat-sifat penyebab penyakit dalam biakan murni.

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi yang diikuti untuk mendeteksi penyakit tumbuhan yang disebabkan jamur hanyalah dari sub-divisio Eumycotina karena dari sub divisi inilah yang anggotanya banyak yang menyebabkan penyakit pada tumbuhan. Klasifikasi yang diikuti adalah klasifikasi yang paling sederhana dan paling mudah untuk menerangkan sifat-sifat jamur yang menyebabkan penyakit tumbuhan, meskipun klasifikasi ini tidak dipakai lagi oleh kebanyakan ahli mikologi. Klasifikasi yang sederhana ini membagi Eumycotina menjadi empat kelas : Phycomycetes, Ascomycetes, Deutromycetes (Fungi Imperfect), dan Basidiomycetes.

Phycomycetes meliputi jamur yang mempunyai hifa tidak bersekat (senositis), berbentuk tabung yang berisi protoplasma dengan banyak inti.

Ascomycetes mempunyai hifa yang bersekat, dengan sekat berpori (poral septum) dan mengadakan perkembangbiakan seksual dengan pembentukan askospora yang dibentuk sebagai hasil plasmogami, kariogami dan meiosis.

Deutromycetes (fungi imperfecti) meliputi jamur yang hanya melakukan perkembangbiakan secara aseksual saja dan mempunyai hifa yang bersekat. Kemungkinan besar fungi imperfecti adalah Ascomycetes atau Basidiomycetes yang belum atau tidak diketahui stadium seksualnya atau telah hilang kemampuannya untuk berkembangbiak secara sesual.

Basidiomycetes mempunyai hifa yang bersekat dengan sekat dolipra (dolipra septum) dan berkembangbiak secara seksual dengan pembentukan basidiospora yang dibentuk sebagai hasil plasmogami, kariogami dan meiosis. (Triharso,1995)

METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu, 18 Juni 2008 pukul 10.00 – 12.00. Di Laboratorium Proteksi Tanaman

B1. Alat dan Bahan

Latihan I (Isolasi jamur dari bahan tebal)

- Bawang Merah dan Cabai

- Lampu spiritus, alcohol 95%,kapas, scalpel, pinset.

- Agar tegak, cawan petri steril.

C1. Cara Kerja

1. Disediakan cawan petri steril dan isilah dengan agar tegak yang telah dicairkan.

2. Disediakan bahan yang akan diisolasi jasad reniknya, bersihkan kotoran-kotoran dengan air.

3. Bahan yang telah dibersihkan tersebut, pada bataas antara yang sehat dan yang sakit, kulitnya di ulas dengan alcohol 95% kemudian dikupas.

4. Diambil bagian bawah kulit yang sudah dikupas tersebut beberapa potong dan diletakkan pada agar didalam cawan petri yang sudah disiapkan tersebut.

5. Diinkubasi pada suhu kamar selama 2-4 hari.

6. Diamati biakan yang timbul dan pindahkan biakan tersebut kedalam tabung reaksi yang berisi agar (agar miring) dengan jarum ent steril.

7. Diperiksa dan digambar hasil isolasi tersebut dibawah mikroskop. Diperhatikan hifa dan lain-lain badan yang dapat mencirikan jsad renik tersebut.

BAB III

HASIL PENGAMATAN

1. Jaringan tipis

Bawang Merah yang terkontaminasi

Tanaman inang : Bawang Merah

Nama penyakit : Moler

Gejala : Pertumbuhan abnormal

Hasil : Karena terkontaminasi dari luar yang tampak jamur berwarna hitam

Patogen : -

2. Jaringan tipis

Cabe yang tak terkontaminasi

Tanaman inang : Cabai

Nama penyakit : Antraknose

Gejala : Bercak pada buah

Hasil : Putih keabu-abuan

Patogen : Colletotrichum capsici

PEMBAHASAN

Pembiakan jamur dilakukan pada media PDA supaya pertumbuhan dapat tumbuh optimal dan dapat diamati. Syarat yang perlu diperhatikan adalah kondisi lingkungan yang steril agar tidak terjadi kontaminasi. Pengambilan suspensi dilakukan menggunakan jarum ose kemudian dioleskan pada media pembiakan.

Apabila pekerjaan ini dilakukan secara tidak hati-hati ada kemungkinan terjadi kontaminasi dari lingkungan luar. Hal inilah yang terjadi pada tanaman bawang merah. Pada tanaman bawang merah terjadi kontaminasi dengan munculnya jamur berwarna hitam yang diidentifikasi bukan jamur yang menyebabkan penyakit moler pada bawang merah. Sedangkan pada cabai meskipun populasi jamur sedikit tetapi ada satu bagian yang terisolasi memunculkan jamur penyebab penyakit pada cabai.

Udara yang berada di alam merupakan faktor yang sangat berpengaruh bagi pertumbuhan bakteri dan jamur. Banyaknya unsur yang tersebar bebas di alam menyebabkan mikroorganisme ini dapat berkembang biak dengan sangat cepat dan mempengarui udara yang berada di alam. Oleh karena itu, ketika dilaksanakan praktikum ini untuk mengkultur dan mengisolasi mikrobia yang ada di udara, terliat jelas betapa banyaknya mikroorganisme yang bertebaran di udara.

KESIMPULAN

Dari keterangan yang telah disampaikan di atas dapat diambil kesimpulan :

  1. Pembiakan jamur dilakukan pada media PDA.
  2. Udara menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan mikroorganisme pada Petri dish, karena terkandung berbagai macam mikroorganisme yang bertebaran bersama udara tersebut.
  3. Dibutuhkan ketelitian dan kebersihan lingkungan untuk dapat mencegah terjadinya kontaminasi pada media untuk control maupun dalam kaitannya untuk mengkulturkan bahan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA

Hans, G.S dan Karin, S. 1984, Mikrobiologi Umum, (terjemahan)Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Toekidjo.Ir.1989. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Andi Offset. Yogyakarta.

Triharso. 1994. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. University Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar